kurikulum tahun 1984
Makalah Telaah Kurikulum Matematika
KURIKULUM TAHUN 1984
DISUSUN
OLEH :
Nurul Afifah Hasibuan
Ramadhani Pertiwi Harahap
Riadi
Dosen : Mara samin Lubis, M.Ed
PENDIDIKAN MATEMATIKA 3
Dosen : Mara samin Lubis, M.Ed
PENDIDIKAN MATEMATIKA 3
FAKULTAS ILMU TARBIYAH dan KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah suatu
hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana,
kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai
pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi
kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi
waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah
barang tentu bukan perkara gampang.. Masing-masing kurikulum memiliki warna dan
ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan
kurikulum berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan
zamannya.
Perubahan kurikulum dari
waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini
disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung
tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu
penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut.
Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru,
sehingga pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga
sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada
tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit
terkendala disebabkan perlu adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum
terdahulu yang sudah biasa diterapkannya.
Mengingat hal tersebut, pemakalah mencoba mengangkat persoalan kurikulum
1984 membahas mengenai isi yang ada dalam kurikulum 1984 serta kelebihan dan kelemahan yang ada pada kurikulum 1984.
BAB
II
PEMBAHASAN
SEJARAH
KURIKULUM 1984
A.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum dalam arti sempit adalah:
“Sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat“. Sedangkan menurut Oemar Hamalik, “Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah”. Kurikulum
menurut pengertian modren adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang di
rencanakan dan di organisir untuk di atasi siswa untuk mencapai tujuan dan
merupakan keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar[1].
Dalam pendidikan formal kurikulum merupakan salah satu aspek
yang penting dalam pengajaran, saat itu asumsi yang di bangun adalah
kurikulum yang merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis dan dikembangkan
terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, kurikulum ini
berlaku selama 9 tahun.[2]
karena pengajaran berpangkal padanya. Dalam kurikulum terangkum
pula pengajaran yang menentukan kemana dan bagaimana seorang anak didik diarahkan dalam perkembangan segenap potensinya. Kurikulum selalu menyangkut persoalan mengenai apa yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu diajarkan, karena itu kurikulum tidak terlepas dari pengajaran.
B.
Sejarah Perkembangan kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berlaku berdasarkan keputusan mentri pendidikan dan
kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tanggal 22 oktober 1983 tentang perbaikan
kurikulum. Kurikulum ini di susun karna kurikulum terdahulu di anggap memiliki
banyak kekurangan,
Ada 4 aspek yangdi sempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni
1.
Pelaksanaan PSPB
2.
Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum
3.
Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan
keserasian antar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
4.
Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang
di sesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.[3] Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Oleh sebab itu kurikulum
1984 menggunakan pendekatan
proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975 oleh karena itu juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.[4] Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Prof.D.Conny R.Semiawan, kepala pusat kurikulum depdiknas periode
1980-1986 yang juga Rektor
IKIP Jakarta (Universitas Negeri
Jakarta) periode 1984-1992.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kekurikulum
1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2.
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
3.
Terdapat kesenjangan antara program
kurikulum dan pelaksanaannya
di sekolah
4.
Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
5.
Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6.
Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja[5]
C.
Ciri-ciri Umum dari Kurikulum
CBSA
1. Berorientasi pada tujuan instruksional
2.
Pendekatan
pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA)
3. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
4. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin
tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada
peserta didik.
5. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.[6]
D.
Kebijakan Dalam Penyusunan
Kurikulum 1984.
Kebijakan dalam
penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1.
Adanya perubahan dalam perangkat
mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti,
pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran
yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral
Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan
Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi,
Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
2.
Penambahan mata pelajaran pilihan
yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3.
Perubahan program jurusan. Kalau
semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa,
maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A
terdiri dari:
a.
A1, penekanan pada mata pelajaran
Fisika
b.
A2, penekanan pada mata pelajaran
Biologi
c.
A3, penekanan pada mata pelajaran
Ekonomi
d.
A4, penekanan pada mata pelajaran
Bahasa dan Budaya.
Sedangkan
program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan
dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat
program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara
ditiadakan.
4.
Pentahapan waktu pelaksanaan.
Kurikulum 1984
dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun berikutnya di
kelas yang lebih tinggi.
E.
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984
a.
Kelebihan kurikulum 1984
1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2. Prakarsa
siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat
3. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
4. Anakdapatbelajardaripengalamanlangsunglangsung.
5. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi,
baik intelektual maupun sosial.
6. Memasyarakatkan
keterampilan berdiskusi yang
diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif
b.
Kelemahan kurikulum 1984
1.
Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi,
di sana-sini ada tempelan gambar,
dan yang menyolok.
2.
Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci,
sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode
yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3.
Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
5.
Peranan guru
yang lebih banyak sebagai fasilitator,
sehingga prakarsa serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
6.
Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7.
Guru kurang berperan aktif
SIMPULAN
Kurikulum 1984 merupakan perbaikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum
1975. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Dalam kurikulum 1984 ini posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 kurikulum
1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2.
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
3.
Terdapat kesenjangan antara program
kurikulum dan pelaksanaannya
di sekolah
4.
Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang
5.
Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah
6.
Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja
Kurikulum 1984 memilki beberapa
kelebihan diantaranya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun
psikomotor. Namun juga memilki beberapa
kekurangan di antara nya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di
ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan
yang menyolok guru tak lagi mengajaar model berceramah. Setra diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa
[1] Mara samin lubis, Telaah Kurikulum smu/sederajat (Medan:cita pustaka media perintis,
2011),h.3
[2] Rahmat hidayat, penghantar sosiologi kurikulum(jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.224
[4] Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan
Kurikulum dan materi pembelajaran(Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011),h.90
thanks
BalasHapus1xbet korean sports betting explained
BalasHapusWith the help of sports betting 1xbet software, 1xbet worrione korean bookmakers can ensure that they are deccasino all licensed in and that they provide the best odds for betting on football and