teori belajar vygotski dalam pembelajaran matematika
Nama :
RAMADHANI PERTIWI HARAHAP
NIM :
8156171060
Kelas :
A – 1 Semester 1 DIKMAT PPs UNIMED 2015
Teori Belajar Vigotsky
A. Biografi Vigotsky
Nama lengkapnya adalah lev
semyonovich vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota tsarist Rusia tepatnya pada 17 november 1896.
Dan berketurunan yahudi, ia tertarik pada psikologi saat berusia 28 tahun, sebelumnya, ia lebih menyukai
dunia sastra. Lev
Vygotsky adalah tokoh pendidikan yang melihat bagaimana pembelajaran itu
terjadi dipandang dari sisi sosial. Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak
tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vygotsky
(1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting
tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky
mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama
1920-an dan 1930-an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada
tahun 1960-an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat
berpengaruh. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa
perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya
berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan
Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran
realitas batinnya sendiri.
B. Teori Belajar Vigotsky
Perkembanagan
intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menantang serta ketika mereka beruasaha untuk memecahkan masalah yang
dimunculkan. Dalam upaya mendapatkam pemahaman, individu beusaha
menagaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru.
Rusman (2012: 244) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitkan
dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi social
dengan teman lain.[1]
Menurut
pandangan Vigotsky, belajar adalah pengalaman sebuah realitas sosial sebab dari
realitas sosial itulah, seseoranng memperoleh banyak hal baru yang sebelumnya
tidak didapat sama sekali. Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vigotsky yang
berwajah sosial mengatakan bahwa bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial dan fisik sehingga belajar selanjutnya lebih mudah diperoleh
dalam konteks social budaya seseorang. Belajar diselenggarakan dengan sedemikan
rupa dalam rangka mengembangkan dan membangun kesadaran terhadap alam sekitar.
Belajar kemudian dipahami sebagai aksi yang menciptakan pola piker dan
kesadaran tinggi seseorang dalam berkehidupan.[2]
Sementara
dalam penjelasan lain, Yamin (2014: 63) mengatakan bahwa inti kontruktivis
vigootsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang menekankan
pada lingkungan sosial dalam belajar. Aspek internal dalam konteks ini adalah
bagaimana seseorang selaku pembelajar kemudian memiliki cara tersendiri dalam mencerap sesuatu hal dari yang lain.
Aspek internal kemudian bisa dianalogikan dengan gaya belajar seseorang untuk
bisa cepat melakukan sosialisasi dan pembelajaran diri. Aspek internal
sebenarnya adalah sebuah refleksi dari keinginan dan komitmen diri seseorang
dalam melakukan berbagai hal yang dapat menunjang dan mengembangkan jati
dirinya sebagai manusia sesungguhnya. Aspek internal adalah sesuatu yang lahir
dan muncul dari dalam diri seseorang
tersebut dalam rangka membangun kecerdasan dan pencerdasan diri. Sedangkan
aspek eksternal adalah alam dimana seseorang berada. Alam dalam konnteks makna
apa pun sesungguhnya menjadi tempat unntuk setiap orang dalam belajar dan
mempelajari banyak hal. Alam menjadi lumbung yang bisa menciptakan banyak bahan
materi belajar untuk bertambah ilmunya. Alam kemudian menjadi rujukan dan
sandaran dalam rangka mendapatkan sesuatu yang baru diperoleh seseorang. Alam
merupakan lingkungan dimana seseorang melakukan innteraksi dan sosialisasi
diri.[3]
Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia
sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan
budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental
yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi
mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu
hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan
pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama
pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara
berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang
dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota
lain dalam kebudayaannya.
C.
Penerapan Teori Belajar Vygotsky
Dalam Interaksi Belajar Mengajar
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar
mengajar mungkin dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru
harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah
teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam Zone of proximal developmnet dan
guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru,
teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja
kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas
menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang
anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Satu anak
bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri
baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang
sesuai
Ratumanan (2004:45) menguraikan 5
prinsip-prinsip kunci teori Konstruktivisme oleh Vygotsky sebagai berikut :
1.
Penekanan pada
hakekat sosiokultural belajar. vygotsky menekankan pentingnya peranan
lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan
tipe-tipe manusia. Siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut
Vygotsky fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial
masing-masing individu dalam konteks budaya. Pengetahuan dan pengertian
dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial dalam dialog. Pembentukan
makna adalah dialog antar pribadi dalam hal ini pebelajar tidak hanya
memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang
dimiliki oleh individu lain. Prinsip ini melahirkan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning).
2.
Daerah
Perkembangan Terdekat ( Zone of Proximal Development = ZPD).
Vygotsky yakin bahwa belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih
berada dalam daerah perkembangan proksimal mereka. Daerah proksimal adalah
tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang saat
ini, artinya bahwa daerah ini adalah daerah antara tingkat perkembangan
sesungguhnya (aktual) dan tingkat perkembangan potensial anak. Tingkat
perkembangan aktual adalah pemfungsian intelektual individu saat ini dan
kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuannya sendiri (kemampuan
memecahkan masalah secara mandiri), sedang tingkat perkembangan potensial anak
adalah kondisi yang dapat dicapai oleh seseorang individu dengan bantuan orang
dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. (kemampuan
memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya). Jadi pada
saat siswa bekerja dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD) mereka, tugas-tugas
yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan
bantuan teman sebaya atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya
bekerja dalam daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan anak dengan
maksud mendorong pertumbuhan seefektifnya.
3.
Pemagangan
kognitif. Vygotsky menekankan bahwa pemagangan kognitif mengacu pada
proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh
keahlian melalui interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang
menguasai permasalahan yang dipelajari, jadi dapat berupa orang dewasa atau
teman sebaya. Dalam konteks koperatif, siswa yang lebih pandai dalam
kelompoknya dapat merupakan pakar bagi teman-teman dalam kelompok tersebut.
4.
Perancahan (Scaffolding).
Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian sejumlah bantuan oleh
teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak. Scaffolding
(Ruseffendi, 1992:34) adalah bantuan atau support kepada seseorang anak dari
seseorang yang lebih dewasa atau lebih kompeten dengan maksud agar si anak
mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat
kerumitannya daripada tingkat perkembangan kognitif yang aktual dari anak yang
bersangkutan Vygotsky mempromosikan penggunaan pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, dimana siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing ZPD
mereka.
5.
Bergumam (Private
Speech). Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau berbicara dalam
hati untuk tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. Menurut
Vygotsky private speech dapat memperkuat interaksi sosial anak
dengan orang lain. Private speech dapat dilihat pada seorang
anak yang dihadapkan pada suatu masalah dalam sebuah ruangan di mana terdapat
orang lain, biasanya orang dewasa. Anak kelihatannya berbicara pada dirinya
sendiri mengenai masalah tertentu, tetapi pembicaraanya diarahkan pada orang
dewasa. Private speech kemudian dihalangi, tertangkap dan
ditransformasikan ke dalam proses berfikir.
D. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Teori Vygotsky
Dalam pembelajaran, jika seseorang siswa membuat suatu kesalahan
dalam mengerjakan sebuah soal, sebaiknya guru tidak langsung memberitahukan di
mana letak kesalahan tersebut. Sebagai contoh :
Amalia Nurjannah seseorang siswa menyatakan bahwa untuk sebarang
bilangan real x dan y berlaku (x-y) 2 = x 2 - y 2 . Guru tidak perlu langsung
menyatakan bahwa itu salah. Lebih baik guru memberi pernyataan yang sifatnya
menuntun, misalnya: “apakah (3-2) 2 = 3 2 - 2 2 ?” Dengan menjawab pertanyaan,
siswa akan bisa menemukan sendiri letak kesalahannya yang ia buat pada
pernyataan semula. Dari contoh ini kiranya jelas bahwa guru bisa membantu siswa
dengan cara memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai, agar proses konstruksi
pengetahuan dalam pikiran siswa bisa berlangsung secara optimal. Pertanyaan
yang diajukan guru tersebut untuk menuntun siswa supaya pada akhirnya siswa
bisa menemukan sendiri letak kesalahan yang ia buat, merupakan contoh
scaffolding (tuntunan atau dukungan yang dinamis) dari guru pada siswa. Guru
kiranya bisa memanfaatkan baik teori Piaget maupun teori Vygotsky dalam upaya
untuk melakukan proses pembelajaran yang efektif, guru perlu juga mengupayakan
supaya tiap-tiap siswa juga aktif berinteraksi dengan siswa-siswa lain dan
orangorang lain di lingkungan masing-masing (sesuai dengan teori Vygotsky).
Jika kedua hal itu dilakukan, perkembangan kognitif tiap-tiap siswa akan bisa
terjadi secara optimal.
E. Kelebihan dan kekurangan teori Vigotsky
a. Kelebihan
1)
Anak memperoleh kesempatan yang
luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui
belajar dan berkembang.
2)
Pembelajaran perlu lebih di
kaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya.
3)
Pembelajaran lebih
diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya
dari pada kemampuan intramentalnya.
4)
Anak diberi kesempatan yang
luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya
dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas
dan memecahkan masalah.
5)
Kemahiran
sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina
pengetahuan baru.
b. Kekurangan
1) Dalam bahasan kekurangan
atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran
guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
2) Cakupan makna
yang dipelajari menjadi lebih luas dan sulit untuk dipahami.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :
SMP
Mata
Pelajaran :
Matematika
Materi
Pokok :
Teorema Pyhtagoras
Alokasi
Waktu : (Dua
Jam Pelajaran)
A.
Standar
Kompetensi :
3. Menggunakan Teorema Phytagoras dalam pemecahan masalah
B.
Kompetensi
Dasar :
3.1. Menggunakan Teorema Phtagoras untuk menentukan panjang
sisi-sisi segitiga siku-siku.
3.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang
berkaitan dengan Teorema Phtagoras.
C.
Indikator :
·
Menghitung
perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa.
·
Menghitung
panjang diagonal pada bangun datar, misal persegi, persegipanjang, belah-
ketupat, dan sebagainya.
·
Mengaplikasikan
teorama pythagoras dalam masalah kehidupan sehari hari.
D. Tujuan Pembelajaran :
·
Siswa dapat
menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa.
·
Siswa dapat
menghitung panjang diagonal pada bangun datar, misal persegi, persegipanjang,
belah- ketupat, dan sebagainya.
·
Siswa dapat
mengaplikasikan teorama pythagoras dalam masalah kehidupan sehari hari.
E.
Materi
Pembelajaran
Teorema Pythagoras.
F. Metode Pembelajaran
Teori Vigotsky.
G. Alat / Media / Sumber Belajar
· Sumber Belajar
-
M. Cholik
Adinawan dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII 2A . Jakarta :
Erlangga.
-
Listy Nur
Anggraeni. 2013. Idola Matematika SMP Kelas VII, VIII & IX. Jogjakarta :
Trans Media Publishing.
· Media
-
Bahan Bacaan
-
LKS
·
Alat Belajar
-
Spidol
H.
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
No
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Kesesuaian Teori
|
1
|
Kegiatan
Awal ( 10 Menit )
Apersepsi :
a.
Membuka pelajaran dengan mengucap salam.
b.
Mengarahkan
siswa untuk berkumpul bersama kelompok
masing –masing, guna persiapan secara psikis dan fisik, sehingga siap memulai pelajaran
c.
Mereview
ingatan siswa dengan materi sebelumnya yaitu rumus pytagoras pada segitiga
siku – siku.karena pengetahuan tentang dalil pythagoras akan membantu dalam
pelajaran yang akan diterima selanjutnnya. Yaitu teorema pytahogas dalam bangun datar dan bangun ruang dan kehidupan
sehari hari.
|
Vigotsky: Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan
membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi
|
Motivasi :
Menggambarkan pentingnya penggunaan teorema pythagoras pada bangun datar dan bangun ruang, baik dalam
materi matematika itu sendiri ataupun kehidupanya sehari hari
|
||
2
|
Kegiatan Inti (60 Menit)
Eksplorasi :
Melanjutkan pembelajaran tentang teorema pythogoras dengan meminta
siswa bersama kelompok mengamati masalah 1dan masalah 2 dan masalah 3
pada LKS yang sudah disiapkan oleh guru.Ketiga msalah tersebut adalah
masalah kontekstual, berupa gambar
dan masalah yang relevan dengan
kehidupan siswa
|
Vigotsky:
Mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi yang realistis dan relevan.
.
|
Elaborasi:
a. Dari masalah 1 ,2 dan 3 pada
LKS, jika siswa belum mamahami dengan baik maksud pertanyaannya siswa di
perbolehkan menanya, untuk menggali informasi yang diperlukan,
b. Kemudian guru merespon
pertanyaan siswa. siswa diharapkan bertanya, tentang apa saja yang di
perlukan. Dalam memahami permasalahan yang mereka amati,
c. Jika tidak ada yang bertanya
guru memberikan bimbingan supaya bertanya dari permasalahan di LKS.
d. Setelah mengamati masalah
yang diberikan dan bertanya hal-hal yang dibutuhkan untuk memahami
permasalahan itu, tindak lanjut siswa yaitu menambah informasi tentang
masalah itu bisa dengan melihat catatan sebelumnya, melihat konsep konsepnya,
dan bentuk yang mungkin akan didapatkan dari representasi masalah yang mereka
amati,
e. Bersama kelompok
masing-masing mencoba memacahkan masalah 1dan masalah 2 dan
masalah 3 setiap kelompok membagi diri untuk mencoba mengerjakan masalah-masalah
tersebut.
f. Setelah mencoba nanti siswa
akan membahas apa yang telah mereka coba selesaikan.
g. Setelah masing-masing
kelompok mencoba mengerjakan masalah yang diberikan siswa membahas hasil yang
mereka kerjakan pada teman kelompok mereka.
h. Selajutnya jika
pemecahan sudah di sepakati maka siswa menyusun penyelesaian permasalahan
baik Masalah 1,2. dan 3.
|
Vygotsky: Dengan
pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal
dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang
disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). Dalam
pembelajaran ini bantuan yang dimaksud adalah jawaban dari pertanyaan yang
diajukan siswa entah kepada guru atau teman sejawat. Yang akan membantu siswa
lebih memahami
Vigotsky: Dengan Skafolding:
membarikan arahan atau bantuan kepada siswa untuk memahami
Vygotsky( Interaksi
Sosial) :
Melibatkan siswa secara
emosional dan social melalui kerja kelompok
|
|
Konfirmasi :
a. Setelah guru merasa waktu
diskusi selesai guru meminta salah satu kelompok untuk menunjukkan hasil
diskusi mereka. Bisa memilih masalah mana yang mau di tunjukkan terlebih
dahulu. Kemudian nanti masalah lainnya akan dibahas oleh kelompok lainnya.
b. Dalam menunjukan, siswa harus
menjelaskan ide mengapa mengambil
penyelesaian seperti itu, sehingga nantinya kelompok yang lain mampu memahami
apa yang disampaikan.
c. Ketika kelompok pertama telah
selesai menjelaskan jawaban mereka guru memeninta kelompok lain untuk
bertanya atau menanggapi jika muncul peyelesaian berbeda guru meminta
kelompok tersebut untuk menyampaikan ide mereka. Guna membandingkan antara
ide yang satu dengan yang lainnya. Begitu hingga pembahasan pemasalahan tadi
dianggap selesai
|
|
|
3
|
Penutup (10 menit)
a. Setelah menyelesaikan masalah
selanjutnya guru besama dengan siswa membuat kesimpulan
b. Melakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran
c. Memeberikan feedback/ umpan
balik berupa tugas
|
|
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Kepala
Sekolah SMP
NIP : NIP
:
LEMBAR KERJA SISWA ( LKS )
Nama :
Tanggal :
Kelompok :
Penggunaan Teorema Pythagoras
Pada
Bangun Datar Dan Bangun Ruang
MASALAH
: 1
Dodi
memiliki sebuah Aquarium berbentuk kubus yang cukup besar di rumahnya, Aquarium
itu berisi berbagai jenis ikan dengan beragam bentuk dan ukuran.jika panjang
sisi Aquarium adalah 30 cm. hitunglah panjang diagonal sisi dan diagonal
ruangnya.
Jawab:…………………………………………………………………………………………
MASALAH
: 2
Perhatikan gambar alat permainan TK
berbentuk kubus di samping, jika panjang sisi alat permainan tersebut adalah a meter. Tentukan:
1.
Jarak dari
titik sudut warga kuning ke titik sudut warna merah
2.
Jarak dari titik sudut warna merah ke
titik sudut warna hijau
Jawab:
1. …………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………
MASALAH
: 3
Dodi memiliki sebuah kandang berbentuk persegi panjang dengan
ukuran 15 m x 20 m dan tingginya 1,6 m. kandang tersebut diberi penyekat yang
terbuat dari papan sehingga membentuk bidang diagonal. Berapakah luas penyekat
kandang tersebut?
Jawab: ………………………………………………………………………………………….
Komentar
Posting Komentar