Perkembangan Kimia dalam Islam

Pembahasan 

Perkembangan Kimia dalam Islam

 A. kimia di dunia Islam 

 Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, fokus perkembangan alkimia berpindah ke Timur Tengah. Yang diketahui tentang alkimia Islam jauh lebih banyak karena dokumentasinya lebih baik: malah, sebagian besar tulisan yang diturunkan selama bertahun-tahun diabadikan dalam bentuk terjemahan Islam (Burckhardt, h. 46). Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alkmia. Pemikiran Platonis dan Aristotelian, yang sudah sedikit-banyak disisihkan menjadi ilmu hermetis, terus diasimilasi. Alkimiawan Islam seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi (Rasis atau Rhazes dalam Bahasa Latin) juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik penyulingan (kata alembic dan alkohol juga berasal dari Bahasa Arab), asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat, al-natrun, dan alkali yang kemudian membentuk nama untuk unsur natrium dan kalium dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau aqua regia, campuran asam nitrat dengan asam klorida, dapat melarutkan logam termulia emas, adalah penemuan yang mengompori imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun berikutnya. Para filosuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Jabir bin Hayyan (جابر إبن حيان dalam Bahasa Arab, Geberus dalam Bahasa Latin; Geber dalam Bahasa Inggris). Tujuan utama Jabir adalah takwin, penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, panas, dingin, kering, dan lembap (Burkhardt, h. 29). Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembap. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain (Burckhardt, h. 29). Dengan penalaran ini, pencarian batu filosof diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan numerologi yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam Bahasa Arab, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut. 

B. Revolusi Kimia dalam Peradaban Islam

 Ilmu kimia merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan Muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan Muslim. Tak heran, bila dunia menabalkan kimiawan Muslim bernama Jabir Ibnu Hayyan sebagai ‘Bapak Kimia Modern’.”Para kimiawan Muslim adalah pendiri ilmu kimia,” cetus Ilmuwan berkebangsaan Jerman di abad ke-18 M. Tanpa tedeng aling-aling, Will Durant dalam he Story of Civilization IV: The Age of Faith, juga mengakui bahwa para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahanlah yang meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Menurut Durant, kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam. “Dalam bidang ini (kimia), peradaban Yunani (seperti kita ketahui) hanya sebatas melahirkan hipotesis yang samar-samar,” ungkapnya. Sedangkan, peradaban Islam, papar dia, telah memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen yang terkontrol, serta catatan atau dokumen yang begitu teliti.Tak hanya itu, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang kimia. Kimiawan Muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Dengan memanfaatkan ilmu kimia, Ilmuwan Islam di zaman kegemilangan telah berhasil menghasilkan sederet produk dan penemuan yang sangat dirasakan manfaatnya hingga kini. Berkat revolusi sains yang digelorakan para kimiawan Muslim-lah, dunia mengenal berbagai industri serta zat dan senyawa kimia penting. Adalah fakta tak terbantahkan bahwa alkohol, nitrat, asam sulfur, nitrat silver, dan potasium–senyawa penting dalam kehidupan manusia modern–merupakan penemuan para kimiawan Muslim.Revolusi ilmu kimia yang dilakukan para kimiawan Muslim di abad kejayaan juga telah melahirkan teknik-teknik sublimasi, kristalisasi, dan distilasi. Dengan menguasai teknik-teknik itulah, peradaban Islam akhirnya mampu membidani kelahiran sederet industri penting bagi umat manusia, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan, makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer. Sejarah peradaban Islam pun merekam kontribusi Al-Biruni (wafat 1051 M) dalam bidang kimia dan farmakologi. Dalam Kitab Al-Saydalah (Kitab Obat-obatan), dia menjelaskan secara detail pengetahuan tentang obat-obatan. Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya peran farmasi dan fungsinya. Begitulah, para kimiawan Muslim di era kekhalifahan berperan melakukan revolusi dalam ilmu kimia.

 C. tokoh-tokoh Ahli Kimia Islam 

Umat muslimin telah merakamkan kejayaan-kejayaan yang luas dalam bidang pengajiannature, dalam mana mereka telah mengemukakan gagasan ujian amali. Kumpulan Ikhwan al-Safa telah menulis tujuh belas bab mengenai pengajian-pengajian ini dari jumlah bab yang terkandung di dalam tujuh puluh dua tesis yang dikarang mereka. Diantara tokoh-tokoh ahli kimia dalam islam adalah sebagai berikut ini : 1. Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia tadi. 2. Penyelidik besar dan ulung dalam ilmu kimia ialah al-Razi (923m). Buku besarnya yang berjudul “Kitabul Asrar” telah telah diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard of Cremona. 3. Al-Jahiz (868m) dalam penyiasatan-penyiasatan kimianya telah berjaya menghasilkan ammonia dari tahi binatang menerusi distilasi kering. 4. Al-Tifasyi (1253m) telah menulis sebuah tesis yang berjudul “Azhar-ul-Afkar di Jawahir Ahjar” dalam mana beliau mengupaskan unsur-unsur dua puluh empat jenis batu-batu permata dan tabiatnya. Al-Bayruni telah melakukan penyiasatan dalam bidang ini dan beliau telah mengemukakan dalam buku-bukunya yang membicarakan tentang ilmu fizika, beberapa hasil pengajian yang boleh dikatakan lengkap tentang kepadatan spesifik (specific gravity) delapan belas jenis logam dan batu-batu permata
 D. Bapak Pelopor Ilmu Kimia dalam Islam 

 `Lahir di kota peradaban Islam klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai 'syuhada' demi penyebaran ajaran Syi'ah. Jabir kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid. Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. "Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di bidang kimia," tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern. Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Pada masamasa inilah, ia banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru di sekitar kimia. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya itu, sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia. Namun, penyelidikan secara serius baru ia lakukan setelah umurnya menginjak dewasa. Dalam penelitiannya itu, Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen. Antara lain dengan penjelasan : “Saya pertamakali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam “. Dari Damaskus ia kembali ke kota kelahirannya, Kuffah. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk pembuatan jalan, laboratoriumnya yang telah punah, ditemukan. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat. Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Semua ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua 'technique' kimia modern. Ia membedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tak langsung yang memakai bejana kering. Dialah yang pertama mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses penyulingan. Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu, pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang lebih sempurna, yakni metoda penguapan, sublimasi, destilasi, penglarutan, dan penghabluran. Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat. Namun demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu' dan berkepribadian mengagumkan. "Dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesa yang wajar," tulis Robert Briffault. Menurut Briffault, kimia, proses pertama penguraian logam yang dilakukan oleh para metalurg dan ahli permata Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainya, sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya sangat dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan dengan bersemangat. Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern' oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibnu Hayyan. Jabir terus mengembangkan keilmuannya sampai batas tak tertentu. Dalam hal teori keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia. Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) . Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan peralatan dari pelbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul SummaPerfecdonis. Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: "Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur." Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya: a) Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida, b) Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan c) Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Sampai abad pertengahan risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia --termasuk kitabnya yang masyhur, yakni Kitab Al-Kimya dan Kitab Al Sab'een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Terjemahan Kitab Al Kimya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Sementara buku kedua Kitab Al Sab'een, diterjemahkan oleh Gerard Cremona. Berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel, mengalihbahasakan karya Jabir yang lain dengan judul Summa of Perfection. Berbeda dengan pengarang sebelumnya, Richard-lah yang pertama kali menyebut Jabir dengan sebutan Geber, dan memuji Jabir sebagai seorang pangeran Arab dan filsuf. Buku ini kemudian menjadi sangat populer di Eropa selama beberapa abad lamanya. Dan telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern. Karya lainnya yang telah diterbitkan adalah; Kitab al Rahmah, Kitab al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance (ketiga buku terakhir diterjemahkan oleh Berthelot). "Di dalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai metode riset kimia," tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu pengetahuan modern pantas 'berterima kasih' padanya.

 E. Seputar masalah ilmu kimia dalam islam 

 Mengenai ilmu kimia yang dimaksud adalah yang tidak bersandar kepada sunnah kauniyah Allah, Dalam Majalah Asy Syari’ah No. 46/1429 H/2008 dengan tema Adab Utang Piutang dan Jual Beli, disebutkan pada hal. 1, rubrik Permata Salaf yang berjudul Jauhilah Ilmu Yang Tidak Bermanfaat, Al-Hafizh Adz-Dzahabi t menerangkan tentang ilmu yang dibenci untuk dipelajari. Lalu disebutkan sebagai berikut: “…Juga ilmu ketuhanan menurut filosof berikut sebagian bahkan mayoritas aktivitas mereka: ilmu sihir, ilmu sulap, ilmu kimia (yang tidak bermanfaat, ed.)….” Dan seterusnya. Dari ucapan ini, secara zhahir nampak bahwa yang dimaksud adalah ilmu kimia yang biasa dipelajari para pelajar di tempat pendidikan mereka. Lalu pemahaman ini berlanjut ke edisi berikutnya, di mana salah seorang pembaca mempertanyakan tentang ilmu kimia yang bermanfaat. Pengirim surat juga tersebut menyebutkan beberapa manfaatnya. Agar kesalahpahaman tentang “ilmu kimia” tidak berkelanjutan, maka saya melihat pentingnya untuk menjelaskan hal ini sebagai berikut: Perlu diketahui bahwa ilmu kimia yang sering disebutkan oleh para ulama pada zaman dahulu tidaklah sama dengan “ilmu kimia” yang kita kenal di zaman kita sekarang ini yang dipelajari di sekolah-sekolah. Ilmu kimia yang dimaksud para ulama terdahulu adalah salah satu jenis ilmu sihir, yang tujuannya adalah berusaha mengubah satu benda yang terbuat dari tembaga atau yang lainnya menjadi emas, atau memiripkannya seperti emas. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: حَقِيقِيَّةُ الْكِيمِيَاءِ: تَشْبِيهُ الْمَصْنُوعِ بِالْمَخْلُوقِوَ “Hakikat dari ilmu kimia adalah membuat penyerupaan yang dibuat (dari tembaga atau semisalnya, pen.) seperti yang diciptakan (emas asli, pen.).” (Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mishriyyah, Ibnu Taimiyah hal. 327) Beliau juga berkata: وَالسِّحْرُ مِنَ الْكَبَائِرِ وَالْكِيمِيَاءُ مِنَ السِّحْرِ “Sihir termasuk dosa besar dan kimia temasuk bagian dari sihir.” (Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mishriyyah hal. 329) Inilah yang dikatakan oleh Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim, salah seorang murid Abu Hanifah t: مَنْ طَلَبَ الْمَالِ بِالْكِيمِيَاءِ أَفْلَسَ “Barangsiapa mencari harta dengan cara ‘kimia’ maka dia bangkrut.” (Tadzkiratul Huffazh, Adz-Dzahabi, 1/293, Al-Kamil, Ibnu ‘Adi, 7/145, Al-Kifayah fi Ilmir Riwayah, Al-Khathib Al-Baghdadi, 1/142) Al-Lajnah Ad-Da’imah ditanya dengan pertanyaan sebagai berikut: “Saya membaca di sebagian kitab bahwa ilmu kimia merupakan salah satu jenis ilmu sihir. Apakah ini benar? Sekadar diketahui bahwa saya mendengar tentang sebuah kitab karya Ibnul Qayyim yang berjudul Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina Wajhan (Batilnya Ilmu Kimia dari 40 Sisi). Apakah praktik kimia yang dilakukan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas untuk mempelajari zat-zat tertentu dan unsur-unsurnya adalah haram atau tidak, ditinjau dari kedudukannya sebagai ilmu sihir? Padahal saya telah mengikuti sebagian praktik tersebut di sekolah. Saya tidak melihat pengaruh apapun tentang adanya sihir, seperti masuknya jin, mantera-mantera, dan yang semisalnya. Berikanlah faedah untuk kami. Semoga Allah l memberi anda faedah.” Maka Al-Lajnah menjawab: “Ilmu kimia yang dipelajari oleh para pelajar di sekolah bukanlah termasuk jenis kimia yang dilarang oleh para ulama. Mereka berkata bahwa itu adalah sihir. Mereka memperingatkan manusia darinya dan menyebutkan dalil-dalil tentang kebatilannya. Mereka juga menjelaskan bahwa itu adalah penipuan dan pengaburan. Para pembuatnya menyangka bahwa mereka mengubah besi –misalnya– menjadi emas dan tembaga menjadi perak. Mereka menipu manusia dengannya serta memakan harta manusia dengan cara yang batil. Adapun yang dipelajari di sekolah-sekolah pada zaman ini adalah mengurai satu zat ke dalam beberapa unsur yang tergabung di dalamnya, atau mengubah beberapa unsur menjadi senyawa (gabungan beberapa unsur tersebut) yang sifatnya berbeda dengan unsur-unsur penyusunnya, dengan membuat dan melakukan cara-cara yang telah ditentukan. Maka, ini adalah hakikat yang benar-benar terjadi. Berbeda dengan kimia yang dimaksud (sebelumnya) yang merupakan pengaburan dan penipuan. (Ilmu kimia yang sekarang ini) bukan termasuk jenis sihir yang telah disebutkan dan diperingatkan tentang haramnya dalam nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Semoga Allah l memberi taufiq. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad n, keluarga dan para sahabatnya.

 F. Fakta Kimia Dalam Al-Qur'an 

 Selain tentang tauhid, hukum-hukum, dan kisah-kisah, al-qur’an menyimpan banyak hal menarik di dalamnya. Dari sekian banyak bukti-bukti empiris tentang kebenaran al-qur’an, masih banyak rahasia-rahasia dalam al-qur’an yang mungkin belum bisa terpecahkan. Prediksi tentang beberapa kejadian di masa depan termaktub dalam al-Qur’an. Hal ini termasuk fakta-fakta sains dalam al-Qur’an yang memperkuat kenyataan bahwa al-Qur’an benar-benar didesain oleh sesuatu yang Maha Hebat dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu yaitu Allah SWT. Banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang telah menunjukkan fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an. Harun Yahya adalah salah seorang yang masyhur mengungkap rahasia al-Qur’an tentang science baik tentang astronomi, embriologi, geologi, dan lain-lain. Dalam al-Qur’an. Masih banyak fakta menarik tentang kimia yang belum disentuh Harun Yahya dalam sekian banyak tulisannya. Yang mashur tentang kimia dalam alqur’an adalah mengenai firman Allah tentang besi dalam surat Al-Hadid. Al-Hadid merupakan surat ke-57 dalam al-Qur’an yang merupakan surat pertengahan dari keseluruhan surat (114 surat). Fakta 1 Allah SWT berfiman: “…Dan Kami ciptakan besi….” (QS. Al-HAdid, 57:25) Allah SWT menggunakan kata “anzalnaa” yang berarti “kami telah turunkan”. Departement agama menuliskannya dengan “ciptakan” sebagaimana tertulis diatas. Allah SWT tidak menggunakan kata “Khalaqna” yang berarti “kami telah ciptakan”. Penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar. Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Hal ini yang dahulu pernah juga sempat dikatakan oleh Neil Amstrong. Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan. Besi 26 (Fe) Istilah besi oleh orang inggris disebut sebagai “iron”, oleh orang arab disebut dengan “hadid” orang francis menyebutnya ”fer” dan orang spanyol “hierro”. Supaya tidak membingungkan, maka telah disepakati bahwa dunia sains menamakan besi dengan “Ferrum” (Fe) dari bahasa latin. Dan hal ini berlaku untuk semua nama atom, semuanya diambil dari bahasa latin (bahasa amerika selatan). Ada rahasia apa dibalik keputusan Allah SWT dalam memberi nama salah satu surat di al-qur’an dengan memakai satu nama atom atau logam dalam sistem periodik unsur. Kita akan sedikit memabahasnya. Al-Hadid adalah surat ke-57 dalam al-Qur’an. Fe-57 adalah salah satu dari 4 isotop besi yang stabil. Ini bukanlah kebetulan. Nomor surat ini dirancang oleh Allah yang maha mengetahui. Fakta Ke 2 Energi Ionisasi Energi ini dibutuhkan oleh suatu atom untuk menjadi ion. Fe umumnya dapat berbentuk ion Fe2+ (ferro) dan Fe3+(ferri). Tahukah kamu? tubuh kita hanya mengkonsumsi Fe2+ (ferro) dari makanan. Besi jenis Ferro inilah yang bayak terkandung dalam makanan seperti daging-dagingan dan makanannya Popeye (Spinach alias bayam), termasuk obat-obatan suplemen penambah zat besi seperti sangobion, sulfaferosus, dan lain-lain. Kata ahli gizi, sebaiknya sayur bayam jangan dibiarkan lebih dari semalam, gak bagus untuk dimakan. Tetapi jarang diantara kita yang mengetahui alasannya. Ternyata, dalam beberapa jam ferro akan segera berubah menjadi ferri. Ferri di dalam tubuh adalah sampah, tubuh kita tidak mau mengambilnya karena sifat sudah berubah. Sama halnya jika besi sudah berubah menjadi karat, berubahlah sifatnya. Perubahan Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+(ferri) ini menghasilkan energi ionisai sebesar 2957 kJ mol-1. 29 adalah jumlah seluruh ayat pada surat al-hadid. 57 adalah nomor suratnya. Allahuakbar! Fakta ke 4 : Penjumlahan massa seluruh isotop Besi memiliki 8 isotop (kembaran) yaitu 52Fe,54Fe,55Fe,56Fe,57Fe,58Fe,59Fe,60Fe. Jika seluruh massanya dijumlahkan maka 52+54+55+56+57+58+59+60 = 451. Kata “besi” ada pada surat ke-57 dan ayat ke-25. Jumlah kata dalam surat al-Hadid dari ayat 1 sampai dengan 25 adalah 451 ! Fakta ke-5 Jumlah Kata dalam surat al-hadid Jumlah kata dalam al-hadid adalah 574. 57 adalah nomor surat al-hadid dan 4 adalah jumlah isotop besi yang stabil. 

 DAFTAR PUSTAKA 

 http://asysyariah.com/seputar-masalah-ilmu-kimia.html 
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkimia
 http://mujahidsufi.blogspot.com/2008/05/tokoh-tokoh-ahli-kimia-islam.html 
http://rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan/595--jabir-ibnu-hayyan-penemu-ilmu-kimia.html http://takeeasyaje.blogspot.com/2012/12/fakta-kimia-dalam-al-quran.html#_
 http://tonyoke.wordpress.com/category/dunia-islam/revolusi-kimia-dalam-peradaban-islam/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kurikulum tahun 1984

Resume Buku Pengantar Studi Islam

pengertian penjualan dan pembelian